Masyarakat Kediri sudah
tentu tidak asing mendengar nama Prabu Jayabhaya , seorang Raja kerajaan
Kediri yag dianggap sebagai titisan Sri Bathara wisnu, yang konon moksa di sekitar wilayah yang secara
geografis masuk area desa Menang, Kecamatan Pagu - Kab. Kediri. Nama
besar Sri Aji Jayabhaya melekat di hati masyarakat dan petilasannya masih
dikeramatkan sampai sekarang ,hal ini bisa kita lihat tiap - tiap malam
Jum'at Legi, Selasa Kliwon dan Jum'at Kliwon, apalagi saat malam 1 suro pada
sistem kalender Jawa yang memiliki acara rutunitas menggelar upacara 1 suro
pada sistem kalender Jawa tiap tahun.



Menurut berbagai cerita
sumber yang berkembang , dahulunya petilasan Jayabhaya yang dulu tidaklah seperti
sekarang dengan bangunan yang berbentuk kotak mirip benteng , namun hanya
berupa gundugan tanah.
Menurut legenda yang
ada, Joyoboyo tidak meninggal tetapi Ia muksa yaitu menghilang bersama
jasadnya. Masyarakat percaya moksanya Sang Prabu tersebut, karena sampai
sekarang jasad Sang Prabu Sri Joyoboyo tidak ditemukan. Pamuksan Sri Aji
Joyoboyo dipugar pada 22 Februari 1975 dan diresmikan pada 17 April 1976.
Lokasi Sendang Tirtokamandanu yang terletak tidak jauh dari Pamuksan Sri Aji Joyobhoyo merupakan sendang yang dipakai oleh Joyoboyo sebelum Ia muksa. Tirto berarti air dan kamandanu berarti kehidupan. Jadi Tirtokamandanu dapat diartikan sebagai air kehidupan. Dalam hal ini adalah hidup kembali menjadi seseorang yang suci. Masyarakat percaya air sendang tersebut mampu mensucikan. Oleh sebab itu, sebelum masyarakat berdoa meminta berkah mereka akan mandi di sendang terlebih dahulu. Sendang Tirtokamandanu dipugar pada tahun 1982. Pemugaran ini diprakarsai oleh Keluarga Besar Hondodenta, Keraton Jogjakarta, yang dikoordinir oleh Sri Sultan HamengkuBuwono VI. Dan yang menjadi juru kunci Sendang tirtokamandhanu saat ini adalah Bapak Suratin , dan dari Beliau saya mendapat banyak keterangan tentang Sedang Tirtokamandanu. Menurutnya sendang ini dulunya namanya TirtoNirmolo , dan yang menamakan Sendang Tirtokamandhanu adalah Eyang Bapa Plered dari Jogja.
Lokasi Sendang Tirtokamandanu yang terletak tidak jauh dari Pamuksan Sri Aji Joyobhoyo merupakan sendang yang dipakai oleh Joyoboyo sebelum Ia muksa. Tirto berarti air dan kamandanu berarti kehidupan. Jadi Tirtokamandanu dapat diartikan sebagai air kehidupan. Dalam hal ini adalah hidup kembali menjadi seseorang yang suci. Masyarakat percaya air sendang tersebut mampu mensucikan. Oleh sebab itu, sebelum masyarakat berdoa meminta berkah mereka akan mandi di sendang terlebih dahulu. Sendang Tirtokamandanu dipugar pada tahun 1982. Pemugaran ini diprakarsai oleh Keluarga Besar Hondodenta, Keraton Jogjakarta, yang dikoordinir oleh Sri Sultan HamengkuBuwono VI. Dan yang menjadi juru kunci Sendang tirtokamandhanu saat ini adalah Bapak Suratin , dan dari Beliau saya mendapat banyak keterangan tentang Sedang Tirtokamandanu. Menurutnya sendang ini dulunya namanya TirtoNirmolo , dan yang menamakan Sendang Tirtokamandhanu adalah Eyang Bapa Plered dari Jogja.
Menurut keterangan
pengunjung ,banyak fenomena Ghoib yang ia temui dan kejadian mistis yang ia
alami. Di Area ini akan kita temui pula tempat - tempat yang dianggap keramat ;
yaitu Keputren ( yang ada pohonnya Pule yang dikeramatkan juga ) dan ringin
songo ( sembilan ).
Mengingat bahwa Joyoboyo adalah tokoh yang sakti, maka banyak masyarakat yang datang ke tempat ini untuk meminta berkah. Tidak hanya terbatas pada warga sekitar saja tetapi juga masyarakat luar Kediri. Bahkan, menurut informasi, banyak juga para pejabat pemerintahan di negara ini yang ikut mengharap berkah. Terutama mereka yang sedang mengikuti ajang pemilihan sebagai kepala daerah tatkala datangnya pesta Demokrasi.
Mengingat bahwa Joyoboyo adalah tokoh yang sakti, maka banyak masyarakat yang datang ke tempat ini untuk meminta berkah. Tidak hanya terbatas pada warga sekitar saja tetapi juga masyarakat luar Kediri. Bahkan, menurut informasi, banyak juga para pejabat pemerintahan di negara ini yang ikut mengharap berkah. Terutama mereka yang sedang mengikuti ajang pemilihan sebagai kepala daerah tatkala datangnya pesta Demokrasi.
Bagi masyarakat,
terdapat empat tempat yang dianggap sakral yaitu loka muksa, loka
busana, loka makuta, dan sendang tirtokamandanu. Loka muksa
dianggap sebagai tempat muksanya Prabu Joyoboyo. Loka busana merupakan tempat
busana. Loka makuta berarti tempat mahkota. Sedangkan sendang tirtokamandanu
merupakan pemandian yang digunakan oleh Joyoboyo sebelum Ia muksa. Dan selain
petilasan Sri Aji Joyobhoyo tidak jauh dari situ kita akan mendapatkan
pula Petilasan Resi Mayangkoro , yang menurut keyakinan dan keterangan
pengunjung adalah Hanoman , namun mengenai Petilasan Resi Mayangkoro
belumlah kami dapat keterangan banyak.
Dalam tiap tahunnya di
tempat Petilasan Sri Aji Joyobhoyo ( baik Loka moksa , Loka Busana dan loka
Makuta ) diadakan upacara adat 1 suro dalam sistem kalender Jawa. Upacara 1
suro pada tahun ini jatuh pada 5 november 2013, yang pengunjungnya sangat
banyak dan memadati area Sendang Tirtokamandhanu dan Pamuksan Sri Aji Joyobhoyo(
Hernowo )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar