Naik
level
Gunung
Kelud Panaskan Suhu
Kediri Forum Indonesia– Sejak
ditingkatkan levelnya pada 2 Pebruari lalu,pemerintah terus melakukan persiapan
– persiapan antisipatif kebencanaan,11 Pebruari kemarin Sebuah
kendaraan evakuasi para pengungsi yang tahan terhadap hawa panas, tiba di Rest
Area Gunung Kelud. Polres Kediri, Jawa Timur menyediakan sebanyak 202 armada
transportasi untuk para pengungsi dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) letusan
Gunung Kelud. Kendaraan angkutan tersebut terdiri 50 bus serta 152 truk.
Kendaraan jenis Hagguinds tersebut didatangkan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat dari Gudang Regional yang ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.Staf Gudang Saifullah mengatakan, Hagguinds memiliki keistimewaan dibanding kendaraan lain, karena dapat menjangkau berbagai medan sulit, seperti tanjakan dan turunan tajam, areal berlumpur, banjir, berawa hingga hawa panas dari letusan gunung berapi." Satu unit Hagguinds dapat membawa 10 orang pengungsi. Kendaraan ini bisa bergerak ke medan-medan sulit yang tidak dapat dijangkau kendaraan lain. Hagguinds juga dilengkapi dengan peralatan untuk para pengungsi, diantaranya jaket dan helm," ujar Saifullah di Rest Area Gunung Kelud yang ada di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.Saifullah menjelaskan, keistimewaan Hagguinds sudah teruji di berbagai medan. Diantaranya, digunakan untuk mengevakuasi pengungsi dan korban letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara.
Kendaraan jenis Hagguinds tersebut didatangkan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat dari Gudang Regional yang ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.Staf Gudang Saifullah mengatakan, Hagguinds memiliki keistimewaan dibanding kendaraan lain, karena dapat menjangkau berbagai medan sulit, seperti tanjakan dan turunan tajam, areal berlumpur, banjir, berawa hingga hawa panas dari letusan gunung berapi." Satu unit Hagguinds dapat membawa 10 orang pengungsi. Kendaraan ini bisa bergerak ke medan-medan sulit yang tidak dapat dijangkau kendaraan lain. Hagguinds juga dilengkapi dengan peralatan untuk para pengungsi, diantaranya jaket dan helm," ujar Saifullah di Rest Area Gunung Kelud yang ada di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.Saifullah menjelaskan, keistimewaan Hagguinds sudah teruji di berbagai medan. Diantaranya, digunakan untuk mengevakuasi pengungsi dan korban letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara.
Masih kata Saifullah, untuk sementara waktu, PMI baru menerjunkan satu unit Hagguinds. Tetapi, apabila dibutuhkan, akan ditambah lagi satu unit. " Di setiap gudang regional terdapat dua unit Hagguinds. Sementara baru satu yang dibawa kemari. Tetapi jika dibutuhkan, akan ditambah satu lagi," imbuh Saifullah.
"Semua armada transportasi yang kita siapkan untuk mengangkut para masyarakat dari titik kumpul evakuasi ke tempat pengungsian," ujar Wakapolres Kediri Kompol Alfian Nurizal, pada 11 Pebruari kemarin.PVMBG menetapkan status Gunung Kelud menjadi siaga (level III). Peningkatan gunung dari waspada (level II) menjadi siaga benar benar membuat aparat ke polisian Polres Kediri siaga. Sejauh ini setidaknya ada 60.000 lebih penduduk di lereng Gunung Kelud yang akan bersiap untuk mengungsi. Dan untuk ternak diperkirakan 6.000 milik warga. Diharapkan, masyarakat untuk tetap tenang dan menunggu perkembangan dari Pemkab Kediri.
Sementara itu, data seismik Gunung Kelud pada 11 Pebruari yang dicatat PVMBG di Pos Pantau Desa
Sugihwaras, sejak pukul 06.00-12.00 WIB terjadi gempa vukanik dalam (va) 22
kali, gempa Vulkanik dangkal (vb) 97 kali, gempa tektonik jauh (tj) 3 kali, dan
suhu air kawah 56.4 derajat celsius.
Tanda-tanda Gunung Kelud akan meletus dengan perilaku hewan liar turun semakin
tampak. Setelah kijang dan kera hutan, giliran harimau jenis gembong yang
dikenal menghuni hutan kelud ikut turun.Sekitar pukul 22.00 , 10 Pebruari lalu
seokor Harimau Gembong dipergoki tengah berada di sekitar kandang sapi milik
Gamur warga Dusun Sumberpetung, Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur. "Tadi malam masyarakat sini geger. Setelah ada kabar
status Gunung Kelud naik menjadi siaga, seekor macan gembong berkeliaran di
kandang sapi pak Gamur. Warga mengetahui adanya macan itu setelah sapi dan
ternak warga terdengar umyek (gaduh, red)," ujar Bambang warga
Sumberpetung .Selain seekor Harimau Gembong, semalam, warga juga melihat jejak
ular gunung raksasa di kawasan hutan karet di Dusun Sumberpetung. Jejak
binatang melata itu pagi tadi menjadi perhatian warga, utamanya anak-anak. "Biasanya
kalau sudah banyak hewan liar yang turun, waktu meletus Gunung Kelud sudah
dekat. Seperti pada tahun 1966 dan 1990. Oleh karena itu, kami sudah mengemasi
barang-barang. Jadi, sewaktu kelud meletus, bisa langsung pergi," imbuh
Sumani.
11 Pebruari lalu sekitar pukul 07,00, Jumirin 50 tahun melihat dua ekor kijang berukuran besar berlari kencang ke bawah menuju hutan Simpenan. Turunnya hewan liar dari gunung diyakini masyarakat merupakan isyarat aktivitas Gunung Kelud semakin kritis. Hewan-hewan gunung turun karena pengaruh suhu udara yang semakin tinggi.
Diberitakan sebelumnya, Sesuai Keterangan PLT.Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri bahwa Peningkatan Status Waspada dari Aktif Normal Gunung Kelud itu usai tim pemantau G.Kelud melihat adanya gejala gempa-gempa yang menunjukkan intensitas yang kemudian di kirim ke BMVG melalui Faximili yang kemudian direkomendasikan untuk ditutup minimal radius 2 Km dari Gunung Kelud.Dan kondisi itu harus dipatuhi bagi pengunjung atau jurnalis agar tidak nekat masuk kekawasan yang sudah menjadi larangan.
11 Pebruari lalu sekitar pukul 07,00, Jumirin 50 tahun melihat dua ekor kijang berukuran besar berlari kencang ke bawah menuju hutan Simpenan. Turunnya hewan liar dari gunung diyakini masyarakat merupakan isyarat aktivitas Gunung Kelud semakin kritis. Hewan-hewan gunung turun karena pengaruh suhu udara yang semakin tinggi.
Diberitakan sebelumnya, Sesuai Keterangan PLT.Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri bahwa Peningkatan Status Waspada dari Aktif Normal Gunung Kelud itu usai tim pemantau G.Kelud melihat adanya gejala gempa-gempa yang menunjukkan intensitas yang kemudian di kirim ke BMVG melalui Faximili yang kemudian direkomendasikan untuk ditutup minimal radius 2 Km dari Gunung Kelud.Dan kondisi itu harus dipatuhi bagi pengunjung atau jurnalis agar tidak nekat masuk kekawasan yang sudah menjadi larangan.
Meski pada 2007 letusan
Gunung Kelud tak bersifat eksplosif karena hanya meletus di tengah danau dan
tidak membahayakan, namun letusan Kelud sebelum-sebelumnya sangat
mengerikan."Kelud mampu menumpahkan 150-250 juta m3 material dalam sehari
saja, bandingkan dengan Gunung Merapi yang memuntahkan 150 juta m3 material
tapi dalam jangka waktu sebulan. Kelud tercatat dalam sejarah juga pernah
menghabiskan kerajaan Kediri," .Dalam sejarah, letusan Kelud selalu menjadi perhatian raja
terbesar Kerajaan Majapahit: Hayam Wuruk. Kawah Kelud dijadikan tempat
membrangus aura jahat keris Empu, Gandring oleh Raja Singosari: Wisnuwardana.
Di masa raja ke 4 Singosari,
perseteruan antar keluarga dalam Dinasti Rajasa berakhir dengan rekonsiliasi.
Wisnuwardhana menikah dengan puteri keturunan eks-Kerajaan Kadiri. Kerajaan
Kadiri tamat riwayatnya setelah dihancurkan oleh Ken Arok, pendiri Kerajaan
Singhasari. Wisnuwardhana pun kemudian memerintah bersama sepupunya Mahesa
Cempaka. Mahesa Cempaka menjadi Raja Angabaya dengan nama Narasinghamurti.
Berabad silam, Jawadwipa (Pulau Jawa) dikisahkan selalu dalam keadaan tidak
tenang. Daratannya terombang-ambing, timbul tenggelam terayun oleh gelombang
samudera. Kalangan dewata di kahyangan pusing tujuh keliling, hingga akhirnya
muncul ide cemerlang Betara Guru. “Jawadwipa, harus diberi pemberat, biar tidak
terus terombang-ambing,” demikian ide cemerlang Betara Guru. “Mahameru yang ada
di Jambhudwipa (India), harus dipindahkan ke Jawadwipa,” lanjut sang betara
menjelaskan gagasannya.Para dewata sepakat Gunung Mahameru itupun, kemudian
dipindahkan ke Pulau Jawa. Namun, dalam proses pemindahannya, bagian gunung
berguguran di sepanjang perjalanan, hingga menjadi gunung-gunung lain di Nusa
Jawa. Satu di antara gunung-gunung itu adalah Kampud (Kelud). Yang lainnya
adalah Gunung Katong (Lawu), Wilis, Kawi, Arjjunai (Arjuno) dan Gunung Kemukus
(Welirang). Tubuh Mahameru diletakkan agak miring. Menyandar pada Gunung Brahma
(Bromo), hingga akhirnya menjadi Gunung Sumeru (Semeru). Sedang puncak Mahameru
didirikan, hingga menjadi Pawitra atau Gunung Penanggungan.
Masih ada cerita lain, menyangkut
keberadaan Gunung Kelud. Konon, kawah gunung itu sebenarnya merupakan kuburan
dari keris Empu Gandring. Meski kebenaran atas kisah ini masih perlu
pembuktian, namun banyak warga yang terlanjur mempercayainya. Tetapi sejarah
mencatat, betapa haus darahnya keris ciptaan empu itu. Selain merenggut jiwa si
penciptanya (Empu Gandring) sendiri, juga merenggut jiwa pemesannya (Ken Arok)
dan beberapa raja Singosari (1222-1254) lainnya.Bayang-bayang kutukan Empu
Gandring, terus menghantui pemerintahan bersama itu. Untuk memutus mata rantai
kutukan, pemerintah bernisiatif menghancurkan keris buatan Empu Gandring itu.
Senopati Bungalan ditugasi melarung keris itu ke kawah Gunung Kampud (Gunung
Kelud). Di titik didih yang sangat menyengat, keris itupun hancur lebur dan
berbekas.Namun lebih-kurang setahun kemudian, raja kembar itu bermimpi
bersama-sama tentang hal yang sama, tetapi dengan bentuk berbeda bahwa Bungalan
ternyata telah berbohong. Keris itu belum dilarung. Tetapi di hadapan raja,
Bungalan bersumpah bahwa tugas benar-benar telah dilaksanakan. Sumpah Bungalan
itupun dikuatkan oleh para prajurit yang ketika itu menemaninya naik ke puncak
Kampud.
Hyang Acalapati
Dalam perkembangannya, Kelud menjadi gunung berapi aktif yang memiliki tabiat paling aneh, di antara sejumlah gunung berapi aktif di Indonesia.Walau disebut-sebut sebagai gunung berapi aktif tercebol (1.731 mdpl) di Indonesia, namun jika meletus kedahsyatannya amat menggetarkan.Sejak abad ke 15, Kelud telah merenggut korban lebih dari 15 ribu jiwa. Pada tahun 1586, letusannya merenggut lebih dari 10 ribu jiwa. Kemudian untuk meminimalisir korban, sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar dibuat secara ekstensif pada tahun 1926, dan masih berfungsi hingga kini.Sepanjang abad ke 20, Gunung Kelud tercatat 5 kali meletus. Masing-masing terjadi pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966,dan 1990. Aktivitas vulkanologi gunung inipun kembali mengeliat, setelah 17 tahun tidur tenang. Pada sekitar medio November 2007, pihak VMBG (Vulkanologi daft Mitigasi Bencana Geologi) sempat menerapkan status awas pada singasana Lembusuro dan Mahesasuro itu.
Dalam perkembangannya, Kelud menjadi gunung berapi aktif yang memiliki tabiat paling aneh, di antara sejumlah gunung berapi aktif di Indonesia.Walau disebut-sebut sebagai gunung berapi aktif tercebol (1.731 mdpl) di Indonesia, namun jika meletus kedahsyatannya amat menggetarkan.Sejak abad ke 15, Kelud telah merenggut korban lebih dari 15 ribu jiwa. Pada tahun 1586, letusannya merenggut lebih dari 10 ribu jiwa. Kemudian untuk meminimalisir korban, sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar dibuat secara ekstensif pada tahun 1926, dan masih berfungsi hingga kini.Sepanjang abad ke 20, Gunung Kelud tercatat 5 kali meletus. Masing-masing terjadi pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966,dan 1990. Aktivitas vulkanologi gunung inipun kembali mengeliat, setelah 17 tahun tidur tenang. Pada sekitar medio November 2007, pihak VMBG (Vulkanologi daft Mitigasi Bencana Geologi) sempat menerapkan status awas pada singasana Lembusuro dan Mahesasuro itu.
Kitab Negarakertagama pun
menyebutkan, raja Hayam Wuruk mengunjungi Palah untuk melakukan pemujaan
terhadap Hyang Acalapati atau Raja Gunung Girindra. Yang dimaksud Palah adalah
sebuah kompleks candi yang terletak di sisi lereng barat daya Gunung Kelud atau
sekitar 12 km dari Kota Blitar. Karena berada di Kelurahan Penataran, Kecamatan
Nglegok, Kabupaten Blitar, maka orang lebih akrab menyebut Palah dengan nama
Candi Penataran.Kompleks Candi Penataran yang dipugar antara 1917-1918 itu,
sebelumnya terbenam oleh material vulkanik erupsi Gunung Kelud. Bernet Kempers
menyatakan, Candi Penataran mencakup masa 250 tahun, dari tahun 1197 (masa
Kerajaan Kediri) hingga 1454 (masa Kerajaan Majapahit). Sedang gugusan candi
tersebut ditujukan untuk memuja Dewa Siwa sebagai Dewa Gunung.Hayam Wuruk
sebagai inkarnasi dewa gunung, mengunjungi tempat ini dalam rangka berziarah
sambil menguatkan legitimasinya pula. Konon, dia juga bersembah bakti ke
hadapan Hyang Acalapati, untuk memohon keselamatan semua makhluk dari bencana
letusan Gunung Kelud.Tak berlebihan, jika Hayam Wuruk memohonkan keselamatan rakyatnya
dari bencana letusan Gunung Kelud.Tetapi, tidak semua warga di sekitar kaki
Gunung Kelud tahu akan hal itu.Yang mereka tahu, terutama warga Kecamatan
Nglegok sebuah daerah rawan satu Gunung Kelud adalah sosok misterius yang akrab
dijuluki Sayuti.
Mitos sosok Sayuti dikaitkan dengan
kapan kira-kira Kelud meletus. Sayuti sendiri digambarkan sebagai sosok pria
atletis yang telah menghilang sejak tahun 1945. Setiap kali Gunung Kelud akan
meletus, laki-laki asal Kelurahan Kedungwaru, Kecamatan Nglegok, akan pulang ke
rumah. Dan, beberapa hari setelah warga melihat Sayuti di rumahnya, Gurung
Kelud hampir bisa dipastikan akan meletus.Dalam setiap pemunculannya,
penampilan Sayuti hampir selalu mengingatkan warga pada seorang tokoh
legendaris PETA: Shodanco Soeprijadi. Mulai dari wajahnya, gerak-geriknya serta
pakaian yang dikenakan Sayuti, mirip sekali dengan Shodanco Soeprijadi.
Benarkah sejatinya Sayuti itu Shodancho Soeprijadi yang pahlawan PETA itu, tak
ada yang berani memastikan. Tetapi yang jelas, warga Nglegok akan merespon
dengan sangat antusias, jika diajak ngobrol tentang tokoh misterius ini.
Katanya, beberapa hari sebelum letusan Kelud di tahun 1951, 1966 dan terakhir
1990 – Sayuti juga pulang ke rumah. Tetapi, setiap kali pulang tidak pernah
lama. Setelah menghilang dari kepulangannya, selang satu atau dua hari kemudian
Gunung Kelud meletus.
Kekeramatan Gunung Kelud
Gunung Kelud merupakan salah satu tujuan wisata di Jatim yang cukup
tersohor. Di balik keistimewaan tersebut, Gunung Kelud diselimuti kabut misteri
terkait keberadaan gunung berpuncak strato ini.Ritual sesaji Gunung Kelud
taklepas dari sejarah yang terjadi pada masa Kerajaan Kadiri. Pada saat itu,
putri Raja Kadiri, yaitu Dewi Kilisuci dilamar oleh 2 raja yang bukan dari
bangsa manusia, Lembu Suro dan Mahesa Suro.Namun dengan segala tipu dayanya,
Dewi Kilisuci berhasil menghindari pinangan dari kedua raja tersebut. Atas
kegagalan dan tipu daya Dewi Kilisuci itulah, Lembu Suro, salah satu raja yang
tertipu, sempat mengucapkan kutukan kepada orang Kadiri. “Yoh wong Kadiri,
mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping, yoiku Kadiri bakal
dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung. (Ya, orang
Kadiri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kadiri bakal jadi
sungai, Blitar akan jadi daratan, dan Tulungagung menjadi danau,” kutukan dari
Lembu Suro pada saat tertipu oleh Dewi Kilisuci.
Sementara itu, karena usahanya gagal mempersunting Dewi Kilisuci, putri
Raja Kadiri, Lembu Suro dipenuhi oleh angkara murka. Sifat angkara murka
itulah yang pada akhirnya membunuh Lembu Suro dengan cara dimasukkan ke dalam
kawah Gunung Kelud oleh pasukan Kerajaan Majapahit yang memburunya.Dari
legenda ini, akhirnya masyarakat lereng Gunung Kelud melakukan sesaji sebagai
tolak bala sumpah itu yang disebut ritual sesaji Gunung Kelud sejak tahun 2005
lalu. “Serta sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME atas hasil bumi yang
melimpah serta keganasan Gunung Kelud yang setiap saat meletus mengelurkan
erupsinya,” ungkap Mbah Ronggo.
Tengara Musibah
Sementara itu, terkait dengan ritual sesaji yang digelar masyarakat lereng Gunung Kelud pada 2007 silam, tatkala ritual digelar, sesepuh Mbah Ronggo dalam ritualnya mendapati wangsit gaib.. Wangsit tersebut mengatakan, “Le, sing ati-ati arep liwat Danyang Gunung Kelud,” tutur Mbah Ronggo mengenai pesan gaib yang merupakan pesan jika Gunung Kelud akan meletus.Terbukti, tahun 2007 Gunung Kelud meletus dengan letusan terakhir bersifat efusif (mengalirkan material), berbeda dari latusan sebelumnya yang bersifat eksplosit (menyemburkan material).
Sementara itu, terkait dengan ritual sesaji yang digelar masyarakat lereng Gunung Kelud pada 2007 silam, tatkala ritual digelar, sesepuh Mbah Ronggo dalam ritualnya mendapati wangsit gaib.. Wangsit tersebut mengatakan, “Le, sing ati-ati arep liwat Danyang Gunung Kelud,” tutur Mbah Ronggo mengenai pesan gaib yang merupakan pesan jika Gunung Kelud akan meletus.Terbukti, tahun 2007 Gunung Kelud meletus dengan letusan terakhir bersifat efusif (mengalirkan material), berbeda dari latusan sebelumnya yang bersifat eksplosit (menyemburkan material).
Akibat letusan terakhir, danau kawah Gunung Kelud yang berwarna hijau
berubah menjadi kubah lava yang mengalirkan material berwarna hitam dari dalam
perut gunung. Ketinggian kubah saat ini mencapai 250 meter dengan lebar
sekitar 400 meter.Sepanjang sejarahnya, gunung ini tercatat mengalami 29 kali
letusan, baik eksplosif maupun efusif, mulai tahun 1000 sampai tahun 2007.
Erupsi eksplosifnya mampu menghancurkan ratusan desa di sekitarnya, termasuk
ribuan hektare lahan pertanian dan menewaskan ribuan warga. Sebagai gambaran,
lima letusan terakhirnya saja memakan korban 5.400 jiwa.Berdasarkan pengamatan
letusan selama tiga abad berturut-turut, waktu istirahat terpanjang aktivitas
dalam perut Gunung Kelud adalah 65-76 tahun, tetapi pernah pula hanya tiga
tahun. Sejak letusan tahun 1901, waktu istirahat gunung itu menjadi lebih
singkat, yaitu 15-31 tahun, bahkan pernah mencapai masa paling singkat, yaitu
satu tahun.Meski demikian, pesona gunung yang secara geografis berada di
posisi 7.056′ Lintang Selatan dan 112.018,5′ Bujur Timur dengan ketinggian
1.650 meter di atas dataran Kediri atau 1.731 meter di atas permukaan laut ini
juga memiliki sungai air panas yang selalu dibalut dengan kabut putih
pekat.Kelebihan lain, pembangunan wisata ini ditunjang dengan fasilitas jalan
menuju ke kawasan yang beraspal hotmix sampai ke ujung terowongan menuju kawah.
Hal ini memudahkan pengunjung yang ingin menjangkaunya dengan berbagai jenis
kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, bahkan sepeda pancal.Menurut
Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Mujianto, terdapat
tidak kurang dari 1.000 pengunjung pada hari libur. Pada saat diadakan kegiatan
tertentu seperti ritual sesaji, jumlah pengunjung bisa menembus 10.000 orang
dalam satu hari.Oleh karena itulah momentum ritual sesaji yang dulu hanya
upacara adat biasa sengaja dikemas cantik, sebagai pesona baru Gunung Kelud
yang diharapkan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan lokal ataupun
mancanegara.
Gunung Kelud (sering disalah tuliskan menjadi Kelut yang berarti
"sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa
Belanda disebut Klut,
Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang masih aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten
Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.
Morfologi
Gunung api ini termasuk dalam
tipe stratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosif. Seperti banyak gunung
api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Kelud terbentuk akibat proses subduksi
lempeng benua Indo-Australia terhadap lempeng
Eurasia. Sejak tahun 1300
Masehi, gunung ini tercatat aktif meletus dengan
rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun), menjadikannya sebagai
gunung api yang berbahaya bagi manusia.Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah
(hingga akhir tahun 2007) yang
membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan
penduduk sekitarnya. Akibat aktivitas tahun 2007 yang memunculkan kubah lava, danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam
kubangan air.
Puncak-puncak yang ada sekarang
merupakan sisa dari letusan besar masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak
purba. Dinding di sisi barat daya runtuh terbuka sehingga kompleks kawah
membuka ke arah itu. Puncak Kelud adalah yang tertinggi, berposisi agak
di timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya adalah Puncak Gajahmungkur di
sisi barat dan Puncak Sumbing di sisi selatan.
Aktivitas Gunung Kelud
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih
dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.Sebuah
sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun
1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir
lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951,
1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini
membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.
Letusan
1919Letusan ini
termasuk yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa , merusak
sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun
di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu
Hugo Cool pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui
pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air
4,3 juta meter kubik
Karena letusan inilah kemudian
dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada
tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah
kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di
bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama
Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar
tetap 2,5 juta meter kubik
Letusan 1990
berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada
letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik.
Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai
yang berhulu di gunung itu.Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan
material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai 1994.
Letusan
2007Aktivitas gunung
ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga
November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah,
peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan
menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam
radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng
gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda,
aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan
peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada
tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat
Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius,
sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan
amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi,
namun kembali tidak terjadi letusan.Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi
gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah
danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5
November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para
ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan
tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava
sisa letusan tahun 1990.Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi
semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud
diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).Danau kawah Gunung Kelud
praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang
tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi
selatan kubah lava.
Tindakan Kabupaten
Kediri membangun kawasan wisata ini mendapat protes dari Kabupaten Blitar, yang menganggap wilayah puncak Kelud merupakan wilayahnya. Sengketa
wilayah ini terutama meruncing setelah turunnya Surat Keputusan Gubernur Jawa
Timur Nomor 188/113/KPTS/013/2012 yang menyatakan bahwa kawasan puncak Kelud
merupakan wilayah Kabupaten Kediri.( Winarto,Hernowo dari
berbagai sumber )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar